Peningkatan Produksi Rumput Laut Melalui Mekanisisai dan diversifikasi Usaha

FAKULTAS PERIKANAN UNIKAL TAHUN 2013 MERAIH HIBAH IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DIDAERAH (IPTEKDA) LIPI “Peningkatan Produksi Rumput Laut Melalui Mekanisisai dan diversifikasi Usaha “

(Benny Diah M, Siti asadah H.Hijriwati, MB Sakirin,Anwar Fauzan,Cholik Sabana )

Hibah IPTEKDA LIPI Tahun 2013 diraih Fakultas Perikanan Unikal , dengan melibatkan beberapa displin ilmu yakni perikanan, ekonomi dan hukum) . Implementasi teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan produksi rumput laut melalui mekanisasi dan diversifikasi produk. Iptekda ini disyaratkan untuk menyertakan UKM sebagai sasaran pembinaan dan penerima dana alih teknologi . SMK Perikanan Irma dipilih karena pertimbanganmemiliki jurusan teknologi hasil perikanan terakreditasi dan telah melakukan produksi rumput laut namun masih dalam skala kecil .

Eucheuma spinosum merupakan rumput laut dari kelompok Rhodopyceae (alga merah) yamg mampu menghasilkan karaginan. Eucheuma dikelompokkan menjadi beberapa spesies yaitu Eucheuma edule, Eucheuma spinosum, Eucheuma cottoni, Eucheuma cupressoideum dan masih banyak lagi yang lain. Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum. Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya. Sedangkan Eucheuma spinosum mampu menghasilkan iota karaginan. Dewasa ini rumput laut baru banyak dilakukan dengan membuat langsung jadi permen dodol dan makanan lainnya.

Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga merah). Karaginan berfungsi untuk pengental, pengemulsi, pensuspensi, dan faktor penstabil. Karaginan juga dipakai dalam industri pangan untuk memperbaiki penampilan produk kopi, bir, sosis, salad, es krim, susu kental, coklat, jeli. Industri farmasi memakai karaginan untuk pembuatan obat, sirup, tablet, pasta gigi, sampo dan sebagainya. Industri kosmetika menggunakannya sebagai gelling agent (pembentuk gel) atau binding agent (pengikat). Sedangkan industri non pangan seperti tekstil, kertas, cat air, transportasi minyak mentah, penyegar udara, pelapisan keramik, kertas printer atau mesin pencetak serta karpet dan sebagainya (Winarno, 1990).

Usaha peningkatan pemanfaatan rumput laut merah Eucheuma spinosum menjadi suatu tepung karaginan akan dilakukan agar dapat digunakan untuk berbagai proses industri yang selama ini hanya dijual kering tanpa pengolahan, yaitu sebatas pembuatan permen dan dodol.

Tepung karaginan merupakan bahan baku dalam pembuatan manotex. Manotex sendiri adalah bahan utama dalam proses penyerapan warna pada kain , baik pada produksi benang, kain batik dan tekstil. Kota Pekalongan sebagai Kota Batik Internasioanl merupakan potensi yang unggul yang dapat dijadikan peluang pemasaran manotex karena terdapat banyak industri batik baik batik tulis, batik tulis dan cap serta kain motif batik diproduksi dengan metode printing. Produksi tersebut sangat tergantung terhadap manotex yang selama ini  masih dimport dari China. Oleh kar karenanya usaha diversifikasi produk tepung karaginan merupakan usaha yang prospektif karena mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Pendampingan dilakukan sejak Bulan Maret sd desember 2013 , SMK Perikanan IRMA Kota Pekalongan telah berhasil memproduksi tepung karaginan. Implementasi teknologi yang bertujuan untuk menghasilkan produk tepung karaginan lebih cepat dan lebih halus kualitasnya. Produk tepung karaginan diproses menggunakan peralatan mekanik yang dimodifikasi sehingga produk berkualitas dapat dihasilkan .

Peralatan produksi terdiri dari motor penggerak (Diesel) dengan 25 pk, alat perajang dengan dan alat penepung, yang semula terpisah , dimodifikasi sedemikian rupa sehingga perAlatan tersebut dapat dioperasionalkan secara terpadu. Proses pembuatan tepung karaginan bermula dari pengeringan bahan baku, pembersihan bahan baku dari kotoran (pasir, tritip dll) , selanjutnya diproses dalam alat perajang kemudian secara otomatis diproses dalam peralatan penepungan . Hasilnya adalah tepung karaginan. Tepung karaginan yang diperoleh merupakan bahan baku dalam penyediaan bahan penyerap warna pada kain batik atau tekstil  (Manotex) . manotex dibentuk melalui percampuran tepung karaginan ditambah gom  dan tapioka.

Kendala produksi tepung karaginan, adalah penerimaan bahan baku rumput laut yang diperoleh masih belum kering , sehingga harus dikeringkan kembali dan memilah kotoran seperti pasir dan tritip yang masih menempel. Kotoran tersebut harus dibuang karena dapat merusak peralatan produksi. Kondisi ini memperlambat laju produksi manotex.Memasuki Bulan desember 2013, pengeringan bahan baku terhambat pula karena sudah memasuki musim hujan.