PEMBERADABAN JALAN KELUAR ATASI KORUPSI

 Warta Kampus 


 

UNIKAL (Rabu, 4/12)—Perilaku korup merupakan salah satu perilaku yang sudah menjadi kebiasaan buruk di masyarakat sejak zaman sebelum era kolonial Belanda. Hal itu ditegaskan Rektor Universitas Pekalongan Suryani, S.H., M.Hum pada saat membuka Seminar Nasional “Peran Perguruan Tinggi atas Destruksi Perilaku Koruptif: Mengikis atau Membudayakan?” di ruang auditorium Kampus Unikal hari ini (Rabu, 4/12).

Menurut Rektor Unikal, perilaku korup di masa sebelum era kolonial itu terutama terjadi ketika seseorang hendak mengurus hal-hal yang dianggap penting. “Umumnya, warga yang mengurus sesuatu yang penting memberikan sesuatu. Tujuan dan alasan mereka pun beragam. Ada yang karena ingin dipermudah, ada juga yang memberi karena alasan etis,” ungkap Suryani.

Pendapat demikian, sebagaimana disampaikan Rektor Unikal, sudah merupakan pandangan yang sangat umum. Bahkan, seperti dinyatakan Suryani, hal-hal semacam itu telah ditegaskan oleh berbagai penelitian. Rektor Unikal menyebutkan, salah satu naskah ilmiah yang menyoroti hal tersebut adalah pidato pengukuhan gelar Guru Besar Umar Kayam yang bertajuk Transformasi Budaya, beberapa tahun silam.

Melalui naskah pidato pengukuhan tersebut, Umar Kayam menegaskan bahwa korupsi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Hal ini, dipertegas kembali oleh tulisan Mohtar Lubis yang bertajuk Manusia Indonesia yang mempersoalkan karakter manusia Indonesia.

“Oleh sebab itu, sulit bagi kita saat ini untuk bisa menuntaskan masalah korupsi ini dalam waktu singkat. Tetapi, kita bisa memetik pelajaran dari para founding father bangsa Indonesia mengenai hakikat kepemimpinan di era itu. Jika Soekarno, Hatta, Hamka, dan beberapa tokoh lainnya menjadi pemimpin setelah dipenjara, maka kini kenyataannya justru terbalik. Banyak orang yang menjadi pemimpin lalu masuk penjara,” kata Rektor Unikal di hadapan ratusan peserta seminar dari berbagai daerah.

Ironi semacam ini, tentunya menjadi sebuah keprihatinan bersama bagi bangsa Indonesia. Kendati demikian, hal tersebut perlu segera ditangani dengan membangun bangsa yang beradab. “Kita butuh segera membuat formula yang brilian agar dapat menyelesaikan masalah korupsi yang kian parah di negeri ini dengan tepat. Tentunya formula ini dibangun atas dasar kebutuhan bersama untuk membangun masyarakat yang beradab dan bermoral,” pungkas Suryani. [unikal.news.room/erge/dec.2013]