Kemenlu Beri Kuliah Umum di Universitas Pekalongan

Empat diplomat tingkat madya Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memberikan kuliah umum tentang “Peluang Tantangan Politik Luar Negeri Indonesia” di hadapan sekitar 250 mahasiswa Universitas Pekalongan dari berbagai jurusan pada 4 April 2017. Empat diplomat madya tersebut terdiri atas Ahmad Ma’rufi (Direktorat Timur Tengah), Maya Damayanti (Direktorat Perlindungan WNI), Eva Triana Sari (Biro SDM) dan Awidya Santikajaya (Pusat Kajian Kebijakan Multilateral), yang tengah melakukan kunjungan dalam rangka pengumpulan data potensi pariwisata, perdagangan dan investasi ke luar negeri di Pekalongan.

Dalam kuliah umum tersebut, tim Kemenlu menyampaikan tiga prioritas utama diplomasi Indonesia, yaitu (1) diplomasi ekonomi, (2) diplomasi kemaritiman dan (3) perlindungan terhadap WNI di luar negeri. “Diplomasi ekonomi ditujukan terutama untuk mendukung upaya pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5.3%, pertumbuhan ekspor 5.6% dan kunjungan wisatawan asing 15 juta,” kata Awidya, yang baru saja menyelesaikan studi doktor Hubungan Internasional di Australian National University. Kemenlu dan perwakilan luar negerinya yang terdiri dari 95 KBRI, 3 Perutusan Tetap, 31 Konsulat Jenderal, 3 Konsulat, dan 64 Konsul Kehormatan mengemban tugas sebagai “marketer” Indonesia, sebagaimana diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo.

Dalam bidang kemaritiman, fokus diplomasi diarahkan untuk mendukung visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. “Diplomasi maritim Indonesia di antaranya diwujudkan dalam upaya penetapan garis batas maritim Indonesia dengan negara tetangga, kerja sama internasional dalam penanganan kejahatan perikanan dan kelautan, peningkatan promosi ekspor dan investasi kelautan dan perikanan, serta pembentukan kawasan maritim yang damai dan aman,” jelas Ma’rufi, yang juga pernah bertugas di KBRI Kuwait. Eva, yang sebelumnya bertugas di KBRI Tokyo, mengkaitkan diplomasi maritim dengan keberhasilan Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Indian Ocean Rim Association (IORA) di Jakarta pada tanggal 5-7 Maret 2017.

Perlidungan WNI di luar negeri menjadi prioritas penting Kemenlu. Saat ini terdapat lebih dari 2,9 juta WNI di luar negeri, di mana sebagian besar adalah TKI. Dari jumlah tersebut 1,8 juta diperkirakan adalah WNI yang over stayers (tinggal di negara lain melebihi izin visa) atau yang tidak memiliki dokumen keimigrasian yang valid. Dengan jumlah yang sangat besar tersebut, telah terjadi ribuan kasus yang melibatkan WNI. “Dalam 3 tahun terakhir telah terjadi penurunan jumlah kasus ketenagakerjaan sebesar 45% per tahun. Pada tahun 2016, sebagai contoh, Kemenlu menangani 11.875 kasus, menurun dari tahun sebelumnya sebanyak 12.312 kasus,” jelas Maya. Maya, yang sebelumnya bertugas di KJRI Istanbul, Turki, menambahkan bahwa meskipun kasus ketenagakerjaan menurun, terdapat kenaikan kasus untuk deportasi, tindak pidana perdagangan orang (TPPO), dan kasus penanganan anak buah kapal (ABK). Dalam memperkuat upaya perlindungan WNI di luar negeri, Kemenlu melakukan upaya, di antaranya melalui penguatan database, kerja sama dengan pemerintah negara lain, pemberdayaan komunitas WNI di luar negeri dan peningkatan standard layanan.

Selain memberikan kuliah umum, para diplomat tersebut juga melakukan kunjungan ke berbagai fasilitas di Universitas Pekalongan, di antaranya Fakultas Batik, yang merupakan fakultas satu-satunya di Indonesia yang fokus pada pembelajaran batik. Fakultas Batik tersebut tidak hanya mendidik mahasiswa Indonesia, tetapi juga mahasiswa asing asal Brunei Darussalam yang mengikuti program pertukaran pelajar dengan Universitas Pekalongan.

Rektor Universitas Pekalongan, H Suryani, SH, MHum, menyambut baik kehadiran tim Kemenlu yang menyampaikan kuliah umum kepada civitas akademika Universitas Pekalongan. Melalui kuliah umum ini, rektor mengharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan tentang isu-isu hubungan antarnegara dan politik luar negeri Indonesia sebagai bekal untuk menghadapi tantangan kekinian dan masa depan. Rektor juga menambahkan agar kegiatan kuliah umum seperti ini perlu diadakan secara berkelanjutan.