
Pelaksanaan Kurikulum 2013 menjadi peristiwa penting bagi dunia pendidikan di negeri ini. Pada prinsipnya, Kurikulum baru ini merupakan sebuah terobosan baru yang dijadikan sebuah program peningkatan mutu pendidikan. Di dalamnya, termuat empat potensi dasar yang menjadi inti dari implementasi Kurikulum 2013, meliputi: 1) religiousity, 2) social attitude, 3) knowledge, dan 4) knowledge-applied. Tak ayal jika kurikulum baru ini disebut pula sebagai kurikulum yang kompleks.
Sebagai kurikulum yang kompleks, tentu dibutuhkan pula metode dan strategi pembelajaran yang dapat mengaktualisasikan harapan tersebut. Oleh sebab itu, melalui Seminar Nasional dengan tema “Peran Guru Ideal Pembentuk Karakter Generasi Emas Indonesia dalam Kurikulum 2013 dengan Paradigma Pendidikan Profetik dan Berpijak pada Nilai-nilai Kearifan Lokal” yang diselenggarakan oleh FKIP Unikal, diharapkan akan mampu melahirkan generasi emas Indonesia 2045. Dalam kaitan ini, seminar yang akan dilangsungkan pada hari Sabtu, 15 Maret 2014 ini akan menawarkan sebuah gagasan mengenai paradigma pendidikan profetik dan nilai-nilai kearifan lokal sebagai upaya interpretasi sekaligus pengejawantahan dari pelaksanaan Kurikulum 2013.
Paradigma pendidikan praofetik sendiri merupakan sebuah gagasan yang didasari atas cita-cita humanisasi/emansipasi (humanization/emancipation), liberasi/pembebasan (liberation) dan transendensi (transcendence). Lewat paradigma ini diharapkan akan dapat menemukan sebuah rumusan yang tepat di dalam penyusunan strategi dan metode pembelajaran yang mampu membantu siswa agar dapat meningkatkan daya cipta, rasa, dan karsa diimbangi pula dengan pengayaan pada aspek afektif yang memadai.
Berita terkait:
SAMBUT PELAKSANAAN KURIKULUM 2013, FKIP GELAR SEMINAR NASIONAL